Pilar Narasi — Dua tahun sejak dimulainya perang di Gaza, Sekitar 2 juta Warga Israel mengalami gangguan kesehatan mental yang signifikan. Konfik yang terus berlangsung ini telah meninggalkan dampak psikologis mendalam bagi masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah dekat perbatasan Gaza. Sirene darurat yang terdengar hampir setiap hari, serangan roket, dan ketidakpastian keamanan membuat banyak warga hidup dalam kondisi stres berkepanjangan. Para psikolog menyebut situasi ini sebagai krisis kesehatan mental nasional, karena tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga komunitas dan stabilitas sosial secara luas.
Kelompok Rentan: Anak-anak dan Remaja
Anak-anak dan remaja menjadi kelompok paling rentan terhadap dampak psikologis konflik. Banyak dari mereka mengalami trauma akibat sirene peringatan serangan, evakuasi mendadak, dan melihat kehancuran di sekitar mereka. Sekolah melaporkan peningkatan kasus kecemasan, kesulitan tidur, dan perilaku agresif pada murid. Psikolog anak menekankan bahwa trauma yang tidak segera ditangani dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan emosional, kemampuan belajar, dan kesehatan mental di masa depan. Orang tua juga merasa tertekan karena kesulitan membantu anak-anak mereka menghadapi rasa takut yang terus muncul.
Peningkatan Permintaan Layanan Kesehatan Mental
Rumah sakit dan klinik di wilayah terdampak melaporkan lonjakan permintaan layanan kesehatan mental. Hotline darurat dan layanan konseling daring menjadi lebih sibuk dari sebelumnya, sementara terapi individu dan kelompok meningkat secara signifikan. Meski begitu, kapasitas layanan masih terbatas dibandingkan jumlah warga yang membutuhkan penanganan. Beberapa korban dilaporkan mengalami kesulitan mengakses psikolog atau psikoterapis yang tersedia, sehingga tekanan psikologis mereka tetap tinggi.
Dukungan Pemerintah dan Organisasi Internasional
Pemerintah Israel telah mengambil berbagai langkah untuk menangani krisis ini. Program intervensi psikologis darurat, konseling gratis, serta kegiatan komunitas yang mendukung pemulihan mental mulai dijalankan. Selain itu, organisasi internasional seperti UNICEF dan WHO juga membantu menyediakan pelatihan bagi tenaga kesehatan lokal dan psikolog untuk menangani trauma akibat konflik. Program-program ini berfokus pada resiliensi komunitas, pendidikan tentang manajemen stres, dan pemulihan psikologis anak-anak serta remaja.
Tantangan Jangka Panjang
Ahli kesehatan mental menekankan bahwa efek psikologis perang tidak hanya bersifat sementara. Trauma yang tidak tertangani dapat berdampak pada produktivitas, hubungan sosial, kesehatan fisik, hingga risiko gangguan mental kronis. Peningkatan angka depresi, gangguan kecemasan, dan post-traumatic stress disorder (PTSD) di masyarakat memerlukan strategi penanganan berkelanjutan. Pendidikan trauma-informed di sekolah, terapi kelompok, dan penyuluhan kesehatan mental menjadi bagian penting dari upaya pemulihan jangka panjang.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Krisis kesehatan mental juga berdampak pada ekonomi dan sosial masyarakat. Warga yang mengalami stres kronis cenderung menurun produktivitasnya di tempat kerja, sementara biaya perawatan kesehatan mental meningkat. Ketegangan psikologis dapat memengaruhi stabilitas keluarga, mengurangi kualitas interaksi sosial, serta menimbulkan tekanan sosial yang lebih luas. Ahli sosiologi menekankan bahwa krisis mental akibat konflik bisa memperburuk ketegangan sosial dan memperlambat proses pembangunan masyarakat di wilayah terdampak.
Program Pemulihan dan Resiliensi Komunitas
Beberapa program pemulihan mental mulai diterapkan di kota-kota dan desa-desa dekat Gaza. Kegiatan seperti workshop manajemen stres, terapi seni, latihan relaksasi, serta konseling kelompok bagi orang tua dan guru menjadi bagian dari strategi intervensi. Tujuannya adalah membangun resiliensi masyarakat agar mampu menghadapi tekanan psikologis yang muncul akibat perang. Sekolah dan lembaga pendidikan juga mulai mengintegrasikan program dukungan mental sebagai bagian dari kurikulum, sehingga anak-anak mendapat perhatian lebih dari sisi kesehatan psikologis.
Krisis kesehatan mental yang dialami 2 juta warga Israel setelah dua tahun perang di Gaza menjadi masalah serius dengan dampak jangka panjang. Trauma psikologis, stres kronis, dan gangguan mental menuntut perhatian pemerintah, tenaga kesehatan, sekolah, serta organisasi internasional. Penanganan yang cepat, program konseling, pendidikan trauma-informed, serta dukungan komunitas menjadi kunci untuk memulihkan kondisi mental masyarakat. Dengan strategi berkelanjutan, diharapkan warga dapat kembali menjalani kehidupan normal, anak-anak dan remaja mampu tumbuh dengan sehat, dan stabilitas sosial serta ekonomi di wilayah terdampak tetap terjaga.