Banyak orang menganggap bahasa Indonesia itu mudah karena tidak memiliki banyak aturan khusus seperti bahasa Inggris. Tapi ternyata banyak penggunaan kata bahasa Indonesia yang sering kita gunakan setiap hari, tapi masih suka salah.
Sebenarnya tidak dosa, tapi salah nama tetap salah dan harus dikoreksi. Apalagi sebagai orang Indonesia rasanya sakit jika masih melakukan kesalahan dalam menggunakan bahasa ibu. Mulai sekarang, mari kita jaga bahasa ibu kita. Kiat Hippie merangkum beberapa kata yang masih sering disalahgunakan. Baca uraian di bawah ini, ya!
1. Mantan berarti mantan, salah kalau bilang “sebelumnya mantan…”, katakan saja “dulu…”
“Dia mantanku”
“Pria ini adalah mantan narapidana”
Bekas berarti bekas pemilik jabatan atau jabatan. Jadi salah kalau dibilang “mantan pacar”. Karena ketika kamu mengatakan “dia mantan pacar”, itu sudah berarti dia adalah mantan pacarmu.
Kecuali kamu mau bilang dia bukan mantan lagi dan kalian berdua sudah kembali. Kemudian Anda bisa berkata: “Saya sudah terbiasa dengan mantan pacar.”
2. Berhenti menyebut orang yang tidak peduli lingkungan lagi sebagai “anti sosial”. Ini tidak benar!
“Ayo jalan-jalan malam ini, ayo!
“Tidak, kemalasan.”
“Sialan, antisosial!”
“Anti-sosial” berarti perilaku yang bertentangan dengan masyarakat atau lingkungan kita, seperti tindakan vandalisme, pembunuhan, perampokan, atau perilaku berbahaya. Dalam arti tertentu, antisosialitas adalah bentuk gangguan kepribadian yang berhubungan dengan psikopati. Bisa saja kamu!
Anda harus menyebutnya “asosial”. Asosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti tidak sosial; tidak memperhatikan kepentingan masyarakat. Jangan salah paham lagi, oke?
3. Karena kebanyakan orang terbiasa mengatakan “berubah”, jadi ini kelanjutannya… Sekalipun itu berarti menjadi rubah. wah… 🙁
Dan Anda akan datang untuk mengubah segalanya … Lebih baik…” Adera
Kedua kata ini memiliki akar kata yang berbeda yaitu berubah dan berubah. Perubahan, menurut KBBI, berarti pertukaran, relokasi, dan penggantian. Sedangkan rubah adalah sejenis anjing, dengan moncong yang panjang. Jadi, maksud Anda melakukan sesuatu yang berbeda atau menjadi rubah?
4. Orang yang emosional, tidak hanya saat marah, orang yang bahagia juga bisa disebut emosional lho!
“Ayahku semakin emosional, jangan mendekat sampai kamu berkeringat”
Saat ini, kata “emosi” hampir selalu identik dengan amarah yang meluap-luap. Lalu, bagi orang yang mudah marah, kita menyebutnya emosional. Padahal, emosi bukan sekadar manifestasi kemarahan.
Ternyata, perasaan senang, sedih, bahkan jatuh cinta juga merupakan bagian dari emosi. Menurut KBBI, emosi adalah curahan perasaan yang berkembang dan mereda dalam waktu singkat. Jadi, emosi dibutuhkan bukan hanya untuk marah, tapi untuk semua perasaan yang kita alami.
5. Apa bedanya nuansa dan suasana? Sepintas memang mirip, namun nyatanya digunakan dengan cara yang berbeda.
“Merasa di rumah benar-benar menakutkan”
“Suasana di rumah benar-benar menakutkan”
Nuansa berarti variasi atau perbedaan yang sangat halus atau sangat kecil (dari segi warna, suara, kualitas, dll) dan atmosfer berarti keadaan di sekitar atau di lingkungan sesuatu. Pasti berbeda bukan? Namun, kita masih sering mendengar kedua kata tersebut tumpang tindih. Kalau sudah tahu, jangan salah lagi, bagus!
6. Galon itu bukan benda, tapi ukuran. Jangan ngaku orang Indonesia kalau belum tahu fakta ini 🙁
“Kak, tolong antarkan satu galon Aqua, oke?”
“Gunakan saja galon perkusi saat menonton sepak bola besok!”
Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata galon? Pasti Anda membayangkan galon sebagai benda berisi air minum. Atau sesuatu yang bisa mengalahkan tawon sambil menonton pertandingan. Hei, bukan itu 🙁
Padahal, galon adalah satuan ukuran untuk barang cair, sebanyak 3.785 liter (US) atau 4.546 liter (ING). Jadi, galon bukanlah benda, melainkan angka atau satuan ukuran untuk benda cair.
7. Kesalahan yang satu ini pasti akan terjadi pada kalian yang suka melompat, apalagi jika kalian tidak membiarkannya “hilang”.
“Eh, aku akan keluar nanti!”
“Jangan lupa mencatat kehadiran peserta seminar ya?”
Kata “absen” sering disalahartikan sebagai kehadiran, dan kata “absen” sebagai tanda kehadiran. Kamu tahu? Padahal, kata-kata itu berarti sebaliknya. Absen berasal dari bahasa Belanda “absen” yang artinya tidak ada atau tidak ada.
Jadi kalau mau bolos kelas, nggak usah repot-repot bilang mangkir, lagipula kamu sendiri sudah keluar kelas. Benar, katanya jenis kehadiran.
8. Post baca postingan, bukan postingan. Ejaan dengan kata berikutnya juga terkait, tidak terpisah
pasca bayar, pasca bencana, pasca panen (ini tidak benar)
pasca bayar, pasca bencana, pasca panen (Itu benar)
Nah, kata ini Anda tahu persis apa artinya. Paska adalah kata serapan Sansekerta yang berarti setelah atau setelah. Kaidah penulisannya sendiri juga perlu dipadukan karena merupakan bentuk-bentuk yang berkaitan. Ada juga skrip yang menggunakan tanda hubung.
Masalahnya, masih banyak orang yang menulis atau membaca kata ini dengan ejaan “Paska”. Kesalahan lainnya adalah memisahkan postingan dengan kata apa pun yang muncul setelahnya.
9. Apakah Anda masih menyebut pria sejati “gahar”? Silakan, Anda salah!
“Lihat, orang ini galak banget, badannya kekar, naik motor besar lagi.”
Kita juga sering salah mengucapkan kata “gahar” sehingga berkonotasi seram, tangguh, atau “sangat maskulin”. Namun ternyata arti gahar yang sebenarnya adalah gosokan yang kuat. Jauh dari apa yang ingin kami sampaikan, bukan? Karena sering digunakan, kata gahar akhirnya dipahami, meskipun belum dikenal sebagai kata resmi dan bersifat informal dan hanya digunakan dalam percakapan santai.
Untuk menyebutkan pengertian di atas, kata yang tepat adalah “fierce” yang berarti marah dan bengis, garang atau bengis. Biasakan dari sekarang ya?
10. Anda harus bahagia jika diabaikan, bahkan bertaruh. Jadi apa artinya ini sebenarnya?
Berapa lama Anda akan mengabaikan saya?
“Jangan abaikan aku lagi.. aku tidak bisa hidup tanpamu”
Kata “acuh tak acuh” sering disalahpahami. Bagi sebagian orang, ketidakpedulian berarti ketidaktahuan dan ketidakpedulian. Sedangkan menurut KBBI, acuh tak acuh berarti peduli, mengabaikan atau memperhatikan. Jadi, jika Anda mengatakan “dia mengabaikan saya”, itu berarti dia peduli dengan Anda.
Tapi bagaimana dengan ungkapan “acuh tak acuh”? Ya, itu berarti Anda tidak peduli, atau terkadang Anda tidak peduli. Boleh bingung, tapi kata-katanya juga harus benar ya 🙂
11. Nol dan ruang memiliki arti yang hampir sama, tetapi gunakan nol untuk mewakili angka, oke? Kata sekolah
“Nomor telepon saya adalah nol delapan satu…”
“Rumah itu sudah lama kosong dan tidak ada penyewa di dalamnya”
Sekilas, tidak ada perbedaan antara “nol” dan “kosong”. Namun jangan salah, terkadang Anda masih bingung dengan kedua kata tersebut, terutama saat menyebut nama sebuah angka. Misalnya, “Nomor telepon saya kosong delapan satu…” tidak benar.
Karena dalam KBBI “kosong” berarti tidak ada atau tidak terisi. Jadi yang benar seharusnya “Nomor telepon saya nol delapan satu…” karena “nol” ditampilkan untuk mewakili angka atau angka. Sedangkan kosong adalah kata sifat.
12. Sekali lagi, penggunaan kata “wacana” untuk mengartikan omong kosong juga keliru. Arti sebenarnya jauh dari apa yang kita bayangkan
“Di mana, dia bilang ingin mentraktirnya makan? Ah, wacana!
Sebagian besar dari kita akan berasumsi bahwa “wacana” adalah kata untuk sebuah rencana yang gagal atau ternyata murni omong kosong. Padahal salah lol.
Dalam KBBI, “wacana” adalah percakapan atau komunikasi verbal. Biasanya dalam bentuk pidato, khutbah dan diskusi. Dengan demikian, penggunaan kata “wacana” untuk menggambarkan rencana yang gagal merupakan kesalahpahaman yang masih umum terjadi dalam bahasa Indonesia, khususnya di kalangan anak muda.
13. Nyinir dan Nyindir berbeda. Siapa peduli?
“Memang orang ini suka menyindir di media sosial.”
Salah lagi, ya. Kita sering menggunakan kata “nyinir” dalam pengertian yang sama dengan kata “sarkastik”. Ya, saya masih suka menyebut orang sarkastik, meskipun saya tidak tahu apa artinya, kalau tidak saya ikuti saja. Nyinir dalam KBBI artinya mengulang perintah atau permintaan, mengganggu, cerewet.
Jadi, sarkastik artinya bukan sarkastik, tapi cerewet. Ingat.
14. “Kamu adalah wanita yang tidak senonoh!” Bukannya ini lelucon. Itu sebenarnya pujian
“Jangan memakai pakaian seksi saat memasuki ruangan”
Menurut Anda, apa arti ungkapan di atas? Melarang kami untuk tidak memakai pakaian seksi?
Seronok identik dengan pakaian terbuka dan seksi. Namun ternyata seronok berarti sesuatu yang enak dan enak dipandang mata. Jadi, jika Anda disuruh berpakaian tidak senonoh, ini sama saja dengan menyuruh Anda berpakaian tidak senonoh. Oh 🙁
15. Apakah juga mencolok atau mencolok? Ingat pelajaran bahasa Indonesia kuno 🙂
Kata “mencolok” dalam suratnya suka dikira “mencolok”. Mengapa mencolok salah? Ini karena KBBI hanya memiliki kata pasang.
Menurut aturan, jika kata dasar yang diawali dengan fenomena-s (misalnya kiss and wash) mendapat imbuhan me-, maka pembentukannya menjadi kiss-wash, bukan kiss-cleanse, karena fenomena s pada awal akar tidak meleleh . Oleh karena itu saya- + garpu = menonjol.
Nah, setelah membaca artikel ini, kita sama-sama tahu yang mana. kata-kata yang sering disalahgunakan. Memang benar atau tidak itu urusan nanti, asal kita sama-sama memahaminya. Tapi setidaknya kita tahu mana yang benar dan mana yang salah.
Lain kali kita harus mengecek apakah kata-kata yang digunakan dalam kalimat tersebut sesuai dengan arti sebenarnya, agar tidak salah, ya! Mari kita bersihkan bersama 🙂