Batas Laut Pulau Sumatera – Indonesia terdiri dari pulau-pulau, salah satunya adalah Sumatera. Tanah ini berada di sebelah barat Indonesia. Lantas, bagaimana posisi geografis Sumatera berdasarkan peta?
Menurut buku ‘Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh’ oleh Proyek Penelitian dan Pencatatan Budaya Daerah, nama Sumatera sendiri berasal dari kata Samudera. Pada masanya, para pedagang dari berbagai negara sering menyebut pulau Sumatera dengan sebutan Sumatra, Sumotra, Sumatra, Siamatra, Zamatara, Zimara, Sumatra, Sumatra, Sumatra dengan kata Sumatra.
Batas Laut Pulau Sumatera
Pulau Sumatera terletak pada 0° Lintang Utara (Utara) dan 120° Bujur Timur (T). Dataran memiliki iklim tropis dan merupakan rumah bagi banyak spesies unik seperti harimau sumatera, badak sumatera dan gajah sumatera.
Pulau Sumatera Catat 38 Titik Panas, Riau 1 Titik di Bengkalis
Menurut peta Sumatera, Sumatera berbatasan dengan Kepulauan Mentawai di selatan, Malaysia dan Singapura di utara, Kalimantan di timur, dan India di barat.
Pulau Sumatera memiliki luas 473.481 km2. Di daerah ini terdapat 9 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jabi, Bengulu, Sumatera Selatan dan Lampang.
Beragam pantai menghiasi pulau Sumatera, seperti Pantai Limpopo di Aceh, Surak di Sumatera Utara, Rupat di Riau, Mentawai di Sumatera Barat, Barhala di Jambi, dan Panjang di Bungkulu.
Selain dihiasi pantai, berdasarkan peta, kondisi geografis Sumatera juga dihiasi berbagai gunung seperti Gunung Kimber di Aceh, Sinabung di Sumut, Kerenchi di Jambi, Mande Rabia di Sumbar, Krakatau. ke. Merupakan pulau terbesar ke-6 di dunia yang terletak di Indonesia, dengan luas 473.481 km2. Populasi — 57.940.351 (Sensus 2018). Pulau ini juga dikenal dengan nama lain, yaitu Pulau Parcha, Andalus, atau Suvarnadvipa (bahasa Sanskerta, berarti “pulau emas”). Belakangan, dalam prasasti Padang Roku tahun 1286, tertulis Swarna Bhumi (Sansekerta, berarti “tanah emas”) dan Bhumi Malayu (“tanah Melayu”) untuk menyebut pulau tersebut. Selain itu, naskah Negarakurtagama abad ke-14 juga menyebutkan “Bumi Malayu” (Melayu) untuk pulau tersebut.
Landas Kontinen Dan Landas Kontinen Diperpanjang
Nama Sumatera berasal dari keberadaan kerajaan bahari (terletak di pantai timur Aceh). Berawal dari kunjungan penjelajah Maroko Ibnu Battuta ke negara tersebut pada tahun 1345, katanya kata Samudra menjadi Shamatra.
Dan kemudian menjadi pulau Sumatera, kemudian namanya tercatat pada peta abad ke-16 oleh Portugis untuk menyebut pulau tersebut, sehingga dikenal luas hingga saat ini.
Nama asli pulau Sumatera yang tercatat dalam sumber sejarah dan cerita rakyat adalah “Pulau Emas”. Kata Palau Amiya (bahasa Manangkabau berarti pulau emas) kita temukan dalam cerita Sindo Mato dari Manangkabau. Dalam legenda Lampang, nama Tanomat ditulis untuk pulau Sumatera. Seorang musafir dari Tiongkok bernama I-tsing (634-713) yang tinggal bertahun-tahun di Srivajaya (sekarang Palambang) pada abad ke-7 menyebut Sumatera dengan nama Chin-chu yang artinya “negeri emas”.
Dalam berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dalam bahasa Sanskerta: Suvanavipa (“pulau emas”) atau Suvanabhuma (“tanah emas”). Nama-nama ini telah digunakan dalam kitab suci India sejak sebelum Masehi. Salah satu kitab Buddha tertua, Sataka menceritakan kisah para pelaut India yang menyeberangi Teluk Benggala menuju Suvarnabhumi. Ramayana menceritakan bahwa pencarian Devi Suntha, istri Rama yang diculik Rahwana, berakhir di Suvanavipa.
Kondisi Geografis Pulau Sumatera Berdasarkan Peta Bahan Buku Tematik Kelas 5 Tema 1
Pelancong Arab menyebut pulau Sumatera sebagai “Seren Mentah” (khususnya: “Suvaran Mentah”), transliterasi dari nama Suvarna David. Abu Rayhan al-Biruni, seorang ahli geografi Persia yang mengunjungi Sri Wijaya pada tahun 1030, mengatakan bahwa negara Sri Wijaya terletak di Pulau Swarandeb. Tetapi ada orang yang menyamakan Sri Lanka dengan Sri Lanka, yang tidak pernah menyebut Suvarandvipa.
Di kalangan orang Yunani kuno, pulau Sumatera disebut Taprobana. Nama Taprobana Insula digunakan oleh ahli geografi Yunani abad ke-2 M, Claudios Ptolemaios tepatnya pada tahun 165 M, ketika ia menggambarkan wilayah Asia Tenggara dalam hipagesia geografisnya. Ptolemaios menulis bahwa Taprobana adalah negara bagian Barousai di pulau itu. Kemungkinan besar negara yang dimaksud adalah Baras di pantai barat Sumatera yang sudah dikenal sejak zaman dahulu sebagai penghasil kapur barus.
Sebuah teks Yunani dari tahun 70-an, Periplous tes Erythras Thalasses, mengungkapkan bahwa Taprobana juga disebut Chrysos Nessus, yang berarti ‘pulau emas’. Sejak zaman kuno, para pedagang dari seluruh Mediterania mengunjungi semenanjung, khususnya pulau Sumatera. Selain mencari emas, mereka juga mencari kemenyan (Styrax sumatrana) dan kapur barus (Dryobalanops aromatica) yang saat itu hanya terdapat di pulau Sumatera. Di sisi lain, para pedagang dari kepulauan ini juga menjual barang dagangannya ke Asia Barat dan Afrika Timur, seperti yang tercatat dalam naskah Historia Naturalis karya Pliny pada abad ke-1 Masehi.
Bab 9 dari Kitab Yahudi Melakam (raja-raja) menggambarkan Hazrat Sulaiman (saw). Raja Israel menerima 420 koin emas dari Hiram, raja Tirus yang berada di bawah pemerintahannya. Kata itu berasal dari tanah Ophi. Kitab Al-Qur’an, Surah al-Anbiya 81, menjelaskan bahwa kapal Sulaiman “berlayar ke negeri yang Kami berkati mereka”.
Pulau terbesar di Indonesia, di antaranya juga terbesar di dunia
Banyak sejarawan mengatakan bahwa Ophir terletak di Sumatera (Pasman Barat, Gunung Ophir di Sumatera Barat, sekarang disebut Gunung Talamao?). Perlu dicatat bahwa kota Tirus merupakan pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemy juga menulis hypagesis geografis berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tyrian bernama Marinus. Dan pada abad ke-15 dan ke-16, banyak penjelajah Eropa yang mencari emas di Sumatera, percaya bahwa di sinilah Sulaiman Ofir berada.
Kata pertama yang menyebut nama Sumatera berasal dari nama Sri Wijaya Raja Haji Sumatera Bhumi (“raja negeri Sumatera”).
Menurut sumber Tionghoa, ia mengirim duta besar ke Tiongkok pada 1017. Menurut pendapat lain, Sumatera mendapatkan namanya dari Samudra, kerajaan Aceh pada abad ke-13 dan ke-14. Sejak abad ke-15, para pelancong Eropa menggunakan nama kerajaan untuk menyebut seluruh pulau. Seperti pulau Kalimantan yang disebut Kalimantan, dari Brunei bagian utara pulau ini pertama kali dikunjungi oleh orang Eropa. Demikian pula nama Pulau Lombok sebelumnya adalah Selaparang, sedangkan Pulau Lombok adalah nama daerah di pesisir timur Selaparang yang pertama kali dikunjungi oleh para pelaut Portugis.
Peralihan dari Samudra (nama kerajaan) ke Sumatera (nama pulau) menarik untuk dikaji. Odorico da Pordenone, dalam catatan perjalanannya pada tahun 1318, menyatakan bahwa ia melakukan perjalanan ke timur dari Koromandel di India selama 20 hari, kemudian mencapai kerajaan Simoltra. Ibnu Battuta mengatakan dalam kitab Rahlah al-Masriq (Menjelajah ke Timur) bahwa pada tahun 1345 ia singgah di kerajaan Samatra. Pada abad-abad berikutnya, nama negara atau kerajaan di Aceh diambil oleh wisatawan lain untuk menyebut seluruh pulau.
Australia Harus Menunjukkan Bukti Kepemilikan Pulau Pasir
Pada tahun 1490, Ibnu Majah memetakan daerah sekitar Samudera Hindia dan memberi label pulau tersebut sebagai “Su Matra”. Peta Ibnu Majah ini disalin oleh Rotero pada tahun 1498 dan muncul nama “Camatarra”. Peta Amerigo Vespucci tahun 1501 diberi nama “Sumatra”, sedangkan peta Masser tahun 1506 diberi nama “Sumatra”. Ruy de Araujo menyebut pulau itu “Cimatra” pada tahun 1510 dan Alfonso Albuquerque menulis “Cimatra” pada tahun 1512. Antonio Pigafetta pada tahun 1521 menggunakan nama yang agak ‘tepat’: “Sumatera”. Namun catatan banyak pengelana lain menulis bahwa ‘kekacauan’: “Samutra”, “Samutra”, “Somotra”, bahkan “Zamitra” dan “Zamatura”.
Catatan Belanda dan Inggris telah konsisten dalam tulisan Sumatera sejak Jan Hagen van Linschoten dan Sir Francis Drake pada abad ke-16. Gaya ini menjadi standar, dan kemudian diadaptasi ke Indonesia: Sumatra.
. Bupati biasa menyebut Raja Haji Yuva Rajya Sri Hariva dari Sri Wijaya dalam prasasti abad ke-9 Masehi Hajong Langet Yuraja, Sri Wijaya berkembang di Indonesia.
. Kerajaan muncul dari Sumatera Selatan yang menguasai Selat Malaka, kekuasaan Sriwijaya Keidatwan bertumpu pada perdagangan internasional dengan Cina dan India.
Pas Tema 1 Latihan Untuk Kelas 5
. Raja Sriwijaya mendirikan biara di Negapatam di India Tenggara. Kerajaan Chola di India yang dipimpin Sri Wijaya pada abad ke-10 Masehi menguasai sebagian besar pulau Jawa.
. Kedatuan Sriwijaya, pembatas Kerajaan Chola India di jalur laut antara Asia Selatan dan Asia Timur, pada tahun 1025 Kerajaan Chola merebut kerajaan di Palembang, menangkap raja dan seluruh anggota keluarganya, termasuk pejabat raja, asisten. Awal abad 20 M 12, Kedatwan Srivajaya direduksi menjadi kerajaan kecil, raja terakhir adalah seorang pria bernama Ratu Sekromang, keturunan Ratu Ngalang Paksi pada abad 13 M, ditaklukkan dan dihancurkan, air Sultan Iskandar Zulqarnain
Ketika terjadi konflik internal dengan kerajaan Majapahit di wilayah Jawa, kewibawaannya berangsur-angsur berkurang akibat konflik tersebut. Itu digunakan oleh raja-raja keturunan Majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam di pulau Jawa, yaitu kerajaan Demak. Masih di daerah setempat.
. Yang tertinggi juga bisa diturunkan adalah Royal Parma, didirikan pada tahun 688 pada abad ke-7 H oleh Rasulullah, pada tahun 1601 semenanjung ini dijajah oleh Kerajaan Belanda di Indonesia.
Mengenal Pulau Sumatera
Sumatera umumnya dihuni oleh suku melayu yang terbagi menjadi beberapa suku/sub suku. Selain Melayu, suku bangsa lainnya adalah Batak, Jawa, Manangkabau, Aceh, Lampang, Kuro, Nias, Rejang, Komerang, Gayo dan lain-lain. Banyak etnis Tionghoa dan India tinggal di pantai timur Sumatera dan di beberapa kota besar seperti Medan, Batam, Palembang, Pekanbaru dan Bandar Lampung. Pola hidup masyarakat Sumatera sebagian besar adalah petani, nelayan dan pedagang.
Penduduk Sumatera sebagian besar beragama Islam, dengan persentase kecil menganut agama Kristen Protestan, terutama di daerah Tapanoli dan Toba Samosar Sumatera Utara. Di perkotaan seperti Medan, Pekin Baru, Batam, Pingkal Penang, Palembang dan Bandar Lampung banyak pemeluk agama Budha.
Menurut sensus BPS tahun 2010, berikut adalah 11 suku terbesar di Sumatera (termasuk Kepulauan Riau, Banca Belting, Nias, Mentawai, Semulu dan pulau-pulau sekitarnya).
Kota-kota di Sumatera dihubungkan oleh empat persimpangan: jalan tengah, jalan timur, jalan barat dan pantai timur yang membentang dari barat laut ke tenggara Sumatera. Selain itu, terdapat jalan yang membentang dari barat ke timur seperti Buang Kulu-Palambang, Padang-Jambi, dan Padang-Dumai-Median.
Batas Geografis Wilayah Indonesia
Di beberapa daerah di Sumatera, kereta api menjadi pilihan transportasi. SAYA
Batas laut sumatera, laut sumatera, peta batas laut indonesia, batas laut di pulau sumatera, batas darat pulau sumatera, batas pulau kalimantan, batas maritim indonesia, laut pulau sumatera, batas laut pulau sumatera, batas pulau sumatera, batas wilayah sumatera barat perbatasan, pulau sumatra