Sel. Des 23rd, 2025
Pelti Denpasar Berbagi Tips-Trik Latihan Tenis untuk Anak Usia Dini

Pilar Narasi Persatuan Lawn Tennis Indonesia (PELTI) di Bali, khususnya di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, terus mendorong pembinaan tenis dari kelompok usia dini sebagai bagian dari usaha regenerasi dan pengembangan prestasi olahraga. Hal ini terlihat dari berbagai program dan kegiatan yang digelar Pelti di wilayah ini, termasuk turnamen junior dan pembinaan langsung kepada anak‑anak sejak usia belia. Ajang seperti Turnamen Tenis Junior Terbuka Bupati Badung Cup 2025 secara tidak langsung juga memberi ruang untuk menerapkan tips dan trik latihan yang tepat bagi pemain usia dini untuk meningkatkan kemampuan mereka di lapangan.

Pembinaan sejak usia dini menjadi penting karena usia tersebut menjadi masa emas bagi anak untuk mengembangkan kemampuan motorik, koordinasi mata‑tangan, serta kecintaan terhadap olahraga secara umum. Menurut praktisi dan pelatih, teknik dasar yang kuat dibangun sejak dini akan membantu anak lebih cepat beradaptasi dengan tuntutan permainan yang semakin kompetitif. Meski Pelti Bali belum merilis secara resmi panduan lengkap, pengalaman dari pelatih Pelti dan aktivitas pembinaan yang dilakukan di turnamen junior memberikan gambaran mengenai tips dan trik latihan tenis yang efektif untuk anak usia dini.

1. Kenalkan Tenis Secara Menyenangkan

Memperkenalkan tenis kepada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan pendekatan yang menyenangkan dan tidak membosankan. Seperti halnya program Junior Tennis Program (JTP) yang pernah digencarkan oleh PELTI pusat di sekolah‑sekolah dasar, tenis bisa diajarkan melalui permainan sederhana menggunakan raket junior dan bola yang lebih ringan agar anak merasa nyaman dan tertarik bermain.

Pelatih lokal di Bali sering kali mengadaptasi teknik serupa di sesi latihan anak‑anak. Misalnya, menggunakan bola berwarna cerah, menetapkan target sederhana yang dapat dicapai dalam beberapa menit, atau mengadakan mini games yang berkaitan dengan keterampilan memukul bola.

“Anak perlu merasa bahwa tenis itu seru,” ujar salah satu pelatih Pelti di Denpasar yang secara aktif terlibat di turnamen junior (nama dilindungi).

Dengan cara ini, anak tidak terbebani pada teknik yang rumit pada awalnya, tetapi lebih fokus pada feeling terhadap raket dan bola.

2. Fokus pada Teknik Dasar yang Tepat

Meski tenis dapat diperkenalkan secara santai, teknik dasar tetap menjadi fondasi penting. Pelatih biasanya menekankan cara memegang raket yang benar (forehand grip dan backhand grip) sebagai langkah awal. Teknik memukul yang tepat akan mudah diajarkan jika anak sudah terbiasa memegang raket dengan benar sejak dini. Tips populer lainnya termasuk latihan memantulkan bola di tempat dan kemudian mencoba memukulnya ke target sederhana di lapangan.

Selain itu, gerakan kaki (footwork) juga menjadi fokus utama — bagaimana anak harus bergerak ringan, siap untuk bergerak ke arah bola, dan menjaga keseimbangan tubuh saat melakukan ayunan raket. Kesadaran akan posisi feetwork yang benar ini membantu anak dalam memposisikan tubuh dengan lebih efektif saat menerima dan mengembalikan bola.

3. Latihan Konsistensi dan Koordinasi

Tenis bukan hanya tentang pukulan keras atau teknik yang rumit; yang sering kali menentukan hasil adalah konsistensi permainan dan koordinasi antara mata dan tangan. Untuk itu, pelatih Pelti di Denpasar memasukkan latihan‑latihan keseimbangan dan koordinasi, seperti dribbling bola atau memukul bola tinggi rendah secara berulang untuk melatih fokus dan kepekaan anak terhadap bola.

Pelatih juga mendorong latihan yang menggabungkan elemen fisik dan fun, misalnya mengombinasikan lompat tali, lari zig‑zag di antara kerucut, serta memantulkan bola sambil bergerak — latihan‑latihan ini membantu anak mengembangkan refleks dan koordinasi motorik yang dibutuhkan dalam permainan tenis.

4. Peran Orang Tua dalam Proses Latihan

Selain latihan di lapangan, kehadiran orang tua dalam mendukung proses pembelajaran tenis terbukti sangat berpengaruh. Dalam banyak sesi pembinaan usia dini, pelatih sering kali meminta orang tua untuk memotivasi anak selama latihan, serta membantu anak berlatih di luar jadwal formal secara ringan dan menyenangkan.

Menurut penelitian tentang motivasi atlet tenis usia muda, dukungan orang tua menjadi faktor penting dalam perkembangan keterampilan dan semangat anak untuk berlatih secara terus‑menerus. Keterlibatan orang tua bukan hanya soal mengantar ke lapangan, tetapi juga memberikan dukungan psikologis dan memotivasi anak agar tidak cepat menyerah saat menghadapi tantangan teknik permainan.

5. Pentingnya Kompetisi untuk Pengalaman Lapangan

Selain latihan rutin, pelatih di Pelti Denpasar juga memandang kompetisi sebagai bagian penting dalam pengembangan anak. Ajang seperti Bupati Badung Cup 2025 yang melibatkan kelompok usia seperti U‑10 dan U‑12 memberikan sarana bagi anak untuk merasakan tantangan pertandingan nyata serta belajar dari pengalaman bertanding.

Turnamen ini tidak hanya sebagai tempat unjuk kemampuan, tetapi juga membantu anak membangun mental sportivitas, memahami aturan permainan, serta mengajarkan cara bersikap menang dan kalah dengan sportif. Bupati Badung Wayan Adi Arnawa menyatakan bahwa turnamen ini bertujuan untuk menjaring atlet potensial yang kelak dapat berprestasi di tingkat lebih tinggi, namun juga menjadi ajang edukasi penting bagi petenis muda.

6. Menjaga Semangat dan Tidak Memberikan Tekanan Berlebih

Pelatih senior di Pelti Bali sering kali menekankan bahwa usia dini adalah masa belajar dan eksplorasi, bukan masa untuk tekanan prestasi. Anak‑anak cenderung lebih responsif terhadap latihan yang diiringi dengan dorongan positif dan pujian atas usaha mereka. Tekanan yang berlebihan justru dapat memunculkan kecemasan atau mengurangi minat anak pada olahraga tenis.

Pelatih biasanya memberikan target yang realistis dan bertahap untuk anak, misalnya meningkatkan jumlah rally (pukulan bolak‑balik) secara perlahan, atau menetapkan tantangan sederhana dibanding pesaing sebagai ajang evaluasi diri.

7. Kesinambungan Latihan serta Perencanaan Jangka Panjang

Pembinaan tenis usia dini juga membutuhkan konsistensi latihan yang terjadwal secara teratur. Pelti di berbagai daerah menganjurkan anak‑anak berlatih minimal dua kali dalam seminggu, dengan durasi yang sesuai usia mereka. Konsistensi ini membantu membangun kebiasaan baik serta keterampilan yang semakin matang. Selain itu, pelatih biasanya juga menyarankan agar anak tetap aktif di bersama tim tenis lokal atau klub agar ada teman seumuran yang menjadi partner latihan dan kompetisi.

Menuju Pengembangan Prestasi Tenis Junior Bali

Dengan kombinasi latihan teknik yang tepat, dukungan orang tua, keterlibatan dalam kompetisi, dan dukungan dari organisasi seperti Pelti Denpasar dan Pelti Badung, pembinaan tenis untuk anak usia dini di Bali dipandang terus berkembang. Tujuannya bukan hanya mencetak petenis berprestasi di masa depan, tetapi juga membentuk karakter positif seperti disiplin, sportivitas, dan semangat juang yang tinggi sejak dini.

Ke depan, dengan event‑event junior yang terus digelar dan perhatian yang meningkat terhadap pembinaan usia dini, Bali berpotensi menjadi salah satu basis kuat tenis junior di Indonesia — melahirkan atlet yang tidak hanya berbakat, tetapi juga memiliki fondasi teknik dan mental yang kuat sejak usia dini.

By admin