Pilar Narasi — Usaha pemulihan fasilitas kesehatan, terutama Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) di Kabupaten Aceh Tengah, kini menjadi fokus berbagai pihak pascabanjir dan tanah longsor yang melanda wilayah tersebut beberapa minggu lalu. Posyandu, sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar bagi ibu, balita, dan lansia, sempat tertimbun material longsor dan lumpur, sehingga layanan awalnya terganggu. Namun lewat gotong‑royong aparat keamanan, mahasiswa, dan masyarakat, fasilitas vital ini mulai dipulihkan kembali untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang terdampak bencana.
Dampak Bencana: Posyandu Tertimbun Longsor dan Layanan Terhenti
Banjir bandang dan longsor yang menerjang Aceh Tengah pada akhir November 2025 membawa dampak besar terhadap fasilitas publik, termasuk Posyandu di beberapa desa. Di Dusun Paya Reje, Desa Paya Temidelem, Kecamatan Kebayakan, posyandu setempat sempat tertutup material tanah dan puing‑puing akibat longsor hingga setinggi hampir selutut orang dewasa, sehingga pelayanan kesehatan masyarakat di lokasi tersebut terganggu.
Kondisi ini mengakibatkan kegiatan kesehatan dasar, seperti pemeriksaan balita, imunisasi, pemantauan gizi, serta pelayanan ibu hamil dan lansia, hampir tidak bisa berjalan dengan baik. Posyandu selama ini menjadi titik pelayanan utama bagi warga setempat yang sulit mengakses fasilitas kesehatan yang lebih besar di puskesmas atau rumah sakit.
Aksi Pemulihan: Polri, Brimob, dan Masyarakat Bersatu
Merespons kondisi ini, Polres Aceh Tengah bersama Satuan Brimob Polda Aceh, Aliansi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), petugas pemadam kebakaran, serta masyarakat setempat melakukan gotong‑royong membersihkan material longsor di sekitar Posyandu Dusun Paya Reje sejak 22 Desember 2025.
Kapolres Aceh Tengah AKBP Muhamad Taufiq menyatakan bahwa operasi pembersihan ini bertujuan untuk memulihkan kembali fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang terdampak bencana. Pembersihan melibatkan puluhan personel dari berbagai instansi serta relawan masyarakat yang bahu‑membahu mengangkat tanah dan puing‑puing, membuka akses kembali ke bangunan Posyandu agar bisa digunakan sesegera mungkin.
Kegiatan gotong‑royong tersebut menunjukkan sinergi antara aparat keamanan dan masyarakat untuk memastikan bahwa layanan kesehatan dasar segera kembali normal, khususnya di tengah situasi pascabanjir yang masih menyisakan banyak kebutuhan masyarakat lokal.
Peran Posyandu dalam Kesehatan Masyarakat Desa
Posyandu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat di tingkat desa, khususnya untuk ibu hamil, bayi, balita, dan lansia. Melalui Posyandu, masyarakat mendapatkan layanan penting seperti pemeriksaan kesehatan anak, pemberian imunisasi dasar, pemantauan tumbuh kembang balita, pengukuran gizi, hingga penyuluhan kesehatan keluarga. Fungsi ini sangat krusial dalam upaya menekan angka kematian ibu dan anak serta memantau kesehatan anak sejak dini.
Kondisi fasilitas Posyandu yang rusak atau terhalang material longsor membuat akses layanan ini sulit dilakukan. Sehingga pemulihan fasilitas menjadi prioritas utama untuk memastikan warga tetap mendapatkan layanan kesehatan yang penting bagi kehidupan sehari‑hari, terutama di daerah terpencil seperti Aceh Tengah.
Upaya Pemerintah dan Dinas Kesehatan Aceh
Selain aksi lapangan, pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Aceh dan Dinkes setempat terus berupaya memperluas pelayanan kesehatan dasar di wilayah terisolasi dan terdampak bencana. Dinas Kesehatan Aceh, misalnya, melaporkan intensifikasi layanan kesehatan di daerah‑daerah yang sebelumnya sulit dijangkau, termasuk dengan perluasan jangkauan Emergency Medical Team (EMT) untuk memberikan layanan medis dasar kepada warga terdampak.
Perbaikan fasilitas seperti Posyandu dan puskesmas juga merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menjamin akses layanan kesehatan yang optimal pascabanjir, termasuk bagi mereka yang hidup di lokasi yang jauh dari fasilitas kesehatan yang lebih besar atau pusat kota.
Tantangan dalam Pemulihan Layanan Kesehatan
Meski langkah pemulihan sudah mulai dilakukan, tantangan masih tersisa. Banyak fasilitas kesehatan tingkat desa, termasuk Posyandu, terletak di lokasi yang rawan bencana dan memiliki akses transportasi yang sulit. Hal ini membuat proses pemulihan menjadi lebih kompleks dan memerlukan dukungan logistik yang memadai.
Selain itu, seperti diakui dalam dokumen perencanaan daerah, pelayanan kesehatan di Aceh Tengah sebelumnya menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas yang terakreditasi masih relatif rendah, dan rasio tenaga kesehatan juga masih di bawah standar ideal. Hal ini menambah kompleksitas dalam upaya memulihkan layanan kesehatan secara menyeluruh.
Dampak Positif dari Kolaborasi dan Pemulihan
Kegiatan pembersihan dan pemulihan fasilitas Posyandu berhasil membuka kembali akses layanan kesehatan dasar bagi warga. Dengan dibukanya kembali Posyandu di Dusun Paya Reje, masyarakat kini bisa kembali mendapatkan pemeriksaan rutin untuk balita mereka, imunisasi anak, serta layanan kesehatan ibu dan lansia yang sebelumnya tertunda.
Kolaborasi antara Polri, mahasiswa, masyarakat, dan lembaga lainnya menunjukkan pentingnya keterlibatan berbagai pihak dalam menghadapi situasi darurat. Melalui sinergi ini, layanan kesehatan dasar yang sempat terganggu kini dapat kembali beroperasi, dan harapan warga terhadap pemulihan kehidupan pascabanjir makin terbuka lebar.