Pilar Narasi — Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap potensi penyakit menular, khususnya campak dan tuberkulosis (TBC), pasca bencana alam yang terjadi beberapa waktu terakhir. Bencana yang melanda sejumlah wilayah Aceh telah mengganggu infrastruktur kesehatan dan memicu kerumunan di pengungsian, sehingga meningkatkan risiko penyebaran penyakit.
“Kondisi pasca bencana meningkatkan risiko penularan penyakit, terutama bagi anak-anak dan warga dengan daya tahan tubuh rendah. Campak dan TBC menjadi perhatian utama karena mudah menular dan dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr. Rina Sari.
Gejala Campak dan TBC yang Perlu Diwaspadai
Dinkes Aceh menekankan pentingnya mengenali gejala awal campak dan TBC. Campak biasanya ditandai dengan demam tinggi, batuk, pilek, mata merah, dan ruam kulit yang menyebar. Sementara TBC ditandai dengan batuk berkepanjangan lebih dari dua minggu, penurunan berat badan, demam, dan berkeringat di malam hari.
“Kami mengimbau masyarakat untuk segera membawa anak-anak atau anggota keluarga yang menunjukkan gejala tersebut ke fasilitas kesehatan terdekat. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi dan penyebaran penyakit,” kata dr. Rina.
Strategi Dinkes Aceh untuk Pencegahan
Untuk mencegah penyebaran campak dan TBC, Dinkes Aceh telah menyiapkan beberapa langkah strategis, antara lain:
- Vaksinasi Massal – Program imunisasi campak telah digelar di posko pengungsian dan puskesmas setempat, khususnya untuk anak usia 9 bulan hingga 15 tahun.
- Screening TBC – Pihak puskesmas aktif melakukan skrining dan pemeriksaan TBC bagi warga yang tinggal di lokasi pengungsian.
- Edukasi dan Sosialisasi – Tim kesehatan memberikan informasi tentang kebersihan, pola hidup sehat, dan pentingnya isolasi sementara bagi pasien yang menunjukkan gejala.
Selain itu, Dinkes juga bekerja sama dengan organisasi kemanusiaan dan relawan untuk memastikan akses pelayanan kesehatan tetap berjalan meski fasilitas kesehatan sebagian terdampak bencana.
Peran Masyarakat dalam Mencegah Penularan
Dinkes menekankan bahwa partisipasi aktif masyarakat sangat penting. Warga diminta untuk menjaga kebersihan lingkungan, mencuci tangan dengan sabun, dan memastikan anak-anak mendapatkan imunisasi lengkap.
“Pencegahan tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga warga. Dengan menjaga kebersihan, menerapkan perilaku sehat, dan melaporkan gejala dini, kita dapat menekan risiko penyebaran penyakit,” tegas dr. Rina.
Selain itu, warga di pengungsian diimbau untuk menghindari kerumunan yang tidak perlu, menjaga jarak fisik, dan menggunakan masker jika kondisi kesehatan sedang menurun atau terdapat batuk dan pilek.
Tantangan Pelayanan Kesehatan Pasca Bencana
Meskipun langkah pencegahan telah diterapkan, Dinkes menghadapi tantangan serius. Infrastruktur yang rusak, keterbatasan tenaga medis, dan suplai obat-obatan menjadi kendala dalam penanganan penyakit menular.
“Kami terus mengupayakan distribusi obat dan vaksin ke wilayah terdampak, namun akses jalan yang rusak dan lokasi terpencil menjadi hambatan,” jelas dr. Rina. Untuk itu, koordinasi dengan aparat lokal dan relawan menjadi kunci agar layanan kesehatan tetap menjangkau seluruh pengungsi.
Kolaborasi dengan Pihak Swasta dan Lembaga Kemanusiaan
Dalam menghadapi situasi darurat pasca bencana, Dinkes Aceh bekerja sama dengan lembaga kemanusiaan, organisasi non-pemerintah, dan pihak swasta untuk memperkuat kapasitas layanan kesehatan. Bantuan berupa tenaga medis tambahan, obat-obatan, dan logistik kesehatan terus disalurkan ke lokasi terdampak.
Selain itu, program mobile clinic atau klinik keliling diterapkan untuk menjangkau daerah-daerah terpencil yang sulit diakses. Strategi ini terbukti efektif dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar, skrining penyakit, serta edukasi pencegahan bagi masyarakat.
Pentingnya Vaksinasi dan Pemeriksaan Rutin
Dinkes menekankan bahwa vaksinasi tetap menjadi langkah utama untuk mencegah campak, sementara pemeriksaan rutin dan pengobatan tepat waktu sangat penting bagi penderita TBC. Pemerintah mengimbau warga untuk tidak menunda vaksinasi meski kondisi pengungsian penuh tantangan.
“Vaksinasi adalah investasi kesehatan jangka panjang. Jangan menunggu sampai terjadi wabah, karena pencegahan jauh lebih efektif daripada pengobatan setelah penyakit menyebar,” ujar dr. Rina.
Waspada dan Bersinergi
Insiden bencana alam selalu membawa risiko kesehatan tambahan, termasuk potensi penyebaran penyakit menular seperti campak dan TBC. Dengan langkah preventif dari Dinkes Aceh, dukungan masyarakat, serta kolaborasi lintas sektor, risiko tersebut dapat diminimalisir.
Masyarakat diminta tetap waspada, mengikuti imbauan kesehatan, dan memastikan anak-anak serta keluarga mendapatkan vaksinasi lengkap. Sinergi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan warga menjadi kunci utama agar kesehatan masyarakat tetap terjaga meski dalam kondisi pasca bencana.