Pilar Narasi — Di era digital saat ini, gadget menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, termasuk bagi anak-anak. Televisi, tablet, dan smartphone kerap digunakan untuk belajar, hiburan, maupun komunikasi. Namun, penggunaan gadget yang tidak terkontrol dapat berdampak negatif pada perkembangan anak, baik secara kognitif, emosional, maupun sosial. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami bagaimana cara memberi gadget dengan aman dan tepat, terutama bagi anak usia dini.
Metode Montessori menekankan pembelajaran yang berfokus pada anak, lingkungan yang mendukung, serta penggunaan alat bantu belajar yang sesuai dengan usia. Praktisi Montessori menekankan bahwa gadget sebaiknya digunakan sebagai pendukung pembelajaran, bukan pengganti interaksi langsung atau eksplorasi fisik. Gadget dapat bermanfaat jika digunakan dengan tujuan edukatif, terkontrol, dan disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.
Salah satu tips utama dari praktisi Montessori adalah membatasi durasi penggunaan gadget. Anak usia 2-5 tahun sebaiknya menggunakan gadget tidak lebih dari 30 menit per hari untuk kegiatan edukatif. Anak usia 6-12 tahun dapat diberikan waktu hingga 1-2 jam, dengan pengawasan orang tua. Batasan ini membantu anak fokus pada aktivitas lain yang penting, seperti bermain fisik, membaca, dan berinteraksi sosial.
Konten yang dikonsumsi anak melalui gadget harus sesuai usia dan bersifat edukatif. Praktisi Montessori menyarankan agar orang tua memilih aplikasi interaktif yang mengembangkan kreativitas, logika, dan kemampuan bahasa anak. Hindari konten yang bersifat kekerasan atau tidak mendidik. Beberapa aplikasi dan video edukatif dapat mendukung pembelajaran Montessori, misalnya mengenal angka, huruf, warna, atau ilmu alam secara interaktif.
Praktisi Montessori menekankan pentingnya interaksi orang tua dan anak saat menggunakan gadget. Menggunakan gadget bersama anak memungkinkan orang tua memandu, menjawab pertanyaan, dan menstimulasi pemahaman anak. Hal ini membantu anak tidak pasif menonton, tetapi aktif belajar, berpikir kritis, dan mengembangkan imajinasi.
Selain mengatur waktu, penting untuk menciptakan zona bebas gadget di rumah, misalnya saat makan, waktu bermain fisik, atau sebelum tidur. Rutinitas ini membantu anak belajar membagi waktu antara dunia digital dan aktivitas nyata. Montessori menekankan pentingnya pengalaman sensorik dan interaksi sosial, yang tidak dapat digantikan oleh gadget.
Praktisi Montessori juga menyarankan untuk mengajarkan anak etika dan kedisiplinan dalam penggunaan gadget. Anak diajarkan menghormati batasan waktu, tidak menggunakan gadget untuk mengganggu orang lain, serta memahami risiko konten yang tidak pantas. Pendidikan digital sejak dini membantu anak menjadi pengguna teknologi yang cerdas dan bertanggung jawab.
Gadget juga dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas anak, misalnya membuat gambar digital, musik, atau cerita interaktif. Montessori menekankan bahwa gadget harus menjadi alat bantu yang memperkaya pengalaman belajar, bukan sekadar hiburan pasif. Dengan panduan orang tua, anak dapat memanfaatkan teknologi untuk mengekspresikan ide dan mengembangkan kemampuan baru.
Orang tua perlu memantau perkembangan anak terkait penggunaan gadget. Amati perilaku anak, kemampuan belajar, interaksi sosial, dan kesehatan fisik. Jika terlihat tanda-tanda negatif, seperti kurangnya interaksi sosial, gangguan tidur, atau ketergantungan pada gadget, orang tua harus segera menyesuaikan penggunaan gadget. Montessori menekankan pendekatan yang fleksibel dan berbasis observasi terhadap kebutuhan anak.
Memberi gadget kepada anak tidak sepenuhnya negatif, asalkan digunakan dengan bijak dan sesuai prinsip Montessori. Pembatasan waktu, pemilihan konten edukatif, penggunaan bersama orang tua, serta pengawasan rutin menjadi kunci agar gadget mendukung perkembangan anak. Gadget yang digunakan dengan tepat dapat memperkaya pembelajaran, kreativitas, dan keterampilan digital anak, sambil tetap menjaga keseimbangan dengan pengalaman nyata dan interaksi sosial.
Dengan panduan ini, orang tua dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, menyenangkan, dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, sehingga teknologi menjadi sahabat yang memperkuat pendidikan dan kreativitas, bukan penghalang interaksi dan pengalaman nyata.